
Surabaya — Proyek pembangunan saluran dan pemasangan box culvert di Jalan Manunggal Kebonsari, Surabaya, kembali mendapat perhatian masyarakat setelah ditemukan beberapa persoalan teknis yang berpotensi memengaruhi kualitas dan fungsi saluran. Sejumlah Kusnan sebagai control sosial yang memantau pekerjaan menyampaikan bahwa beberapa segmen culvert terlihat tidak rata, sementara di bagian lain, indikasi kurangnya pemadatan dan minimnya pengawasan turut disorot.
Temuan ini muncul setelah warga Berinisial S melakukan pemantauan lapangan dan mencoba mengonfirmasi kepada pekerja. Salah satu pekerja yang ditemui menyebutkan bahwa pekerjaan masih berjalan dan beberapa bagian memang masih akan diperbaiki. Namun demikian, warga menilai persoalan tersebut tetap memerlukan perhatian serius dari pihak pelaksana, konsultan pengawas, dan kelurahan sebagai penanggung jawab program.
Masalah Teknis yang Ditemukan di Lapangan
Dalam evaluasi sederhana yang dilakukan warga dan pemerhati lingkungan,Kusnan menyampaikan terdapat empat permasalahan teknis yang dianggap penting karena dapat memengaruhi fungsi saluran dalam jangka panjang:
Dampak: Aliran air tidak lancar dan bisa menimbulkan genangan.Standar Teknis: Elevasi harus dicek menggunakan leveling tool pada setiap segmen untuk memastikan kemiringan dan ketinggian sesuai desain
Dampak: Kebocoran air yang menyebabkan erosi di bawah culvert dan merusak pondasi saluran.
Standar Teknis: Setiap sambungan box culvert wajib diberi sealant atau mortar non-shrink untuk memastikan sambungan rapat dan kuat.
Dampak: Jalan bisa ambles beberapa minggu atau bulan setelah proyek selesai.
Standar Teknis: Pemadatan harus dilakukan bertahap (tiap 10–20 cm) disertai uji densitas lapangan agar kekuatan tanah sesuai standar.
Dampak: Mutu pekerjaan menurun karena tidak ada kontrol langsung dari pihak teknis.
Standar Teknis: Konsultan pengawas wajib melakukan kunjungan rutin sesuai jadwal dan mencatat seluruh progres pada daily report.
Temuan ini menjadi dasar kuat bagi Kusnan” meminta agar pihak terkait lebih memperhatikan aspek teknis agar dana kelurahan (Dakel) yang digunakan dalam proyek ini benar-benar menghasilkan pembangunan yang berkualitas.
” Warga Manunggal Kebonsari dalam beberapa kesempatan menyatakan bahwa mereka sepenuhnya mendukung pembangunan saluran tersebut. Namun mereka berharap pekerjaan dilakukan dengan standar teknis yang benar dan tidak terburu-buru.
“Kami bukan ingin mempersulit siapa pun. Kami hanya ingin pekerjaan ini selesai dengan baik, karena saluran ini untuk kita semua. Kalau ada yang tidak sesuai, ya diperbaiki supaya tidak menimbulkan masalah ke depan.”
Permintaan warga ini dinilai wajar mengingat saluran adalah infrastruktur vital yang menentukan kualitas drainase kawasan—apalagi saat musim hujan.
“Kusnan menegaskan” Pengawasan yang baik bukan bertujuan menyalahkan pekerja, tetapi memastikan hasil kerja sesuai standar. Konsultan pengawas dan pihak kelurahan diharapkan dapat lebih aktif hadir di lapangan agar potensi kesalahan teknis dapat diperbaiki sejak dini.
Dalam proyek konstruksi, kesalahan kecil seperti sambungan culvert yang miring atau pemadatan yang kurang dapat berakibat besar di kemudian hari, mulai dari saluran tersumbat, genangan, hingga kerusakan jalan, Karena itu, koordinasi antara pekerja, kontraktor pelaksana, pengawas, dan kelurahan menjadi kunci.tegasnya.
Walaupun ada beberapa catatan teknis, proyek ini tetap dapat menjadi contoh yang baik bila seluruh pihak melihatnya sebagai peluang untuk memperbaiki diri.
Untuk pekerja, ini adalah kesempatan meningkatkan profesionalitas.
Untuk pengawas, ini menjadi momentum menunjukkan integritas.
Untuk kelurahan, ini waktu yang tepat memperkuat kepercayaan warga.
Dan bagi warga, perhatian yang diberikan menunjukkan kepedulian tinggi terhadap lingkungan sendiri.
Pembangunan bukan sekadar memasang beton atau menggali saluran. Pembangunan adalah kerja sama, komunikasi, dan komitmen untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang.
(Team
