akarta Berdarah: Kencing Sembarangan Berujung Maut, Dendam Anak Jadi Tragedi!

Ungkap kasus

Jakarta, DKI Jakarta – Aroma amis bercampur anyir darah menguar di kawasan Johar Baru. Bukan sekadar perkelahian biasa, namun sebuah tragedi berdarah yang bermula dari hal sepele: kencing sembarangan. DW (35), meregang nyawa dengan empat luka tusuk di punggung, akibat amarah seorang anak yang tak terima ayahnya ditegur.

Pemicu Maut: Teguran yang Berujung Pukulan

Jumat kelabu (28/11/2025), menjadi saksi bisu pertumpahan darah di Johar Baru. DW, gerah dengan ulah J (67) yang kerap kencing sembarangan, melayangkan teguran keras. Entah setan apa yang merasuki, DW malah kalap dan melayangkan pukulan ke tubuh renta si kakek.

Dendam Anak: Pisau Bicara, Nyawa Melayang

DD (30), anak J, menyaksikan sendiri ayahnya diperlakukan kasar. Dendam membara di dada, tanpa basa-basi DD mencabut sebilah pisau stainless bergagang kayu sepanjang 40 cm. Tanpa ampun, empat tusukan maut menghujam punggung DW. Korban roboh bersimbah darah, nyawanya tak tertolong meski sempat dilarikan ke rumah sakit.

Polisi Bertindak Cepat: Pelaku Dibekuk, Senjata Diamankan

Aparat Polsek Johar Baru bergerak cepat, meringkus DD dan mengamankan barang bukti pisau berlumuran darah. Kapolsek Johar Baru, Kompol Saiful Anwar, menjelaskan bahwa pelaku menyerang korban karena membela ayahnya yang dipukul.

Jeratan Hukum: Ancaman Penjara Menanti

DD kini meringkuk di sel tahanan, terancam Pasal 351 ayat 3 KUHP tentang penganiayaan yang mengakibatkan kematian, dengan ancaman hukuman maksimal tujuh tahun penjara. Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro, mengimbau masyarakat untuk tidak main hakim sendiri dan menyerahkan penyelesaian masalah kepada pihak kepolisian.

Lebih dari Sekadar Kriminalitas: Potret Buram Masyarakat Urban?

Tragedi ini bukan sekadar kasus kriminalitas biasa. Lebih dari itu, ini adalah potret buram masyarakat urban yang kehilangan kesabaran, toleransi, dan kemampuan menyelesaikan masalah secara damai. Hal sepele seperti kencing sembarangan, bisa menjadi pemicu ledakan amarah yang berujung pada kematian.

Refleksi: Belajar dari Tragedi, Menjaga Harmoni

Semoga tragedi ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Mari kita belajar mengendalikan emosi, menghormati orang lain, dan menyelesaikan masalah secara bijak. Jangan biarkan amarah merenggut nyawa dan menghancurkan masa depan.

Kasus ini masih terus bergulir dan menjadi perhatian publik. Akankah DD mendapatkan hukuman yang setimpal? Akankah tragedi serupa terulang kembali? Mari kita kawal kasus ini dan berharap keadilan ditegakkan.

(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!